Rabu, 04 Maret 2009

Partisipatori ergonomi dengan tujuan efektivitas dan efisiensi

Berdasarkan tulisan dari http://batikyogya.wordpress.com/?s=partisipasi+ergonomi+ dan http://kuliahbersama.com/. Saya memiliki tanggapan sebagai berikut.

Ergonomi makro merupakan pendekatan sistem sosioteknik dari tingkatan atas ke bawah yang diterapkan pada perancangan sistem kerja secara keseluruhan pada berbagai level interaksi ergonomi mikro seperti manusia-pekerjaan, manusia-mesin dan manusia-perangkat lunak. Dari pengertian tersebut, kita memahami bahwa ergonomi makro merupakan system yang bersifat social guna mencapai produktivitas dalam melaksanakan pekerjaannya.

NB:
(tulisan yang dicetak biru, diperoleh dari)
(ttp://batikyogya.wordpress.com/?s=partisipasi+ergonomi+)
Partisipatori ergonomi merupakan salah satu pendekatan proses yang dilakukan untuk melaksanakan program intervensi ergonomi (Nurmianto, 2008; Purnomo, 2007; Udo dkk, 2006; wells dkk, 2003; St-Vincen, 2001). Partisipatori ergonomi adalah partisipasi aktif dari karyawan pada semua level untuk menerapkan ergonomi program di tempat kerjanya untuk meningkatkan kondisi lingkungan kerjanya. (Norman dan Wells, 1998). Sukapto (2008) menyatakan partisispatori ergonomi memiliki 4 elemen pokok yang saling berinteraksi yang terdiri dari karyawan, pengelola perusahaan, pengetahuan dan metode ergonomi dan konsep disain pekerjaan. Pentingnya melibatkan karyawan pada semua level untuk mencapai kesuksesan dalam intervensi ergonomi adalah
1. Karyawan adalah orang yang paling tahu terhadap pekerjaannya
2. Karyawan akan tahu solusi ergonomi yang paling tepat untuk dirinya agar semakin nyaman dalam bekerja
3. Menjadikan karyawan terlibat dalam proses perubahan
4. Untuk membangun budaya ergonomi yang aman, sehat dan nyaman
Program intervensi ergonomi dimaksudkan untuk mencegah terjadinya resiko kesehatan dan keselamatan kerja, meningkatkan kondisi lingkungan kerja untuk mendorong kesejahteraan karyawan, meningkatkan produktivitas dan kualitas serta mengurangi ketidaknyamanan dan kesalahan manusia (Ercan dan Erdinc, 2006). Wells dkk (2003) menyatakan untuk memulai program ergonomi diperlukan beberapa persiapan yaitu membentuk komitmen dan dukungan dari manajemen, membentuk tim ergonomi dan memberikan pelatihan dasar tentang ergonomi. Lebih lanjut Wells (2003) untuk melaksanakan program ergonomi di sebuah industri diperukan 6 tahapan yaitu:
1. Mengidentifikasi pekerjaan/lokasi yang akan dilakukan perbaikan
2. Melakukan evaluasi ergonomi dan faktor- faktor resiko bahaya dan menentukan prioritas pekerjaan yang akan dilakukan perbaikan.
3. Menentukan solusi pemecahan masalah ergonomi
4. Melakukan ujicoba solusi yang telah dirancang
5. Mengevaluasi hasil penerapan solusi yang telah dirancang
6. Mengimplementasikan solusi
7. Untuk melakukan perbaikan selanjutnya kembali ke langkah 1

Jika kita menyimak lebih lanjut pengertian dari ergonomi makro dan partisipatori ergonomi, terdapat satu kesamaan yang cukup mencolok. Keduanya memiliki inti pada sistem yang bersifat sosial. Diamana sistem tersebut mengharapkan output berupa kerjasama yang baik antara karyawan yang satu dengan yang lain, entaj atasan maupun bawahan.
Konsep dari partisipatori ergonomi ini menurut saya sangat menarik, karena disini partisipatori ergonomi akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, nyaman, dan aman. Diharapkan dengan adanya Partisipatori ergonomi ini, karyawan memiliki motivasi dan kerjasama yang lebih dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Dalam konsep partisipatori ergonomi ini, menurut saya ada beberapa kendala yang cukup memberatkan terlaksananya partisipatori ergonomi. Kendala-kendala tersebut biasanya lahir dari pribadi tiap karyawan. Kendala-kendala tersebut diantarnya adalah rasa iri, dengki, tak cocok dengan cara kerja karyawan lain. Selain masalah-masalah tersebut, biasanya ada masalah utama yang kerap terjadi dalam dunia kerja dalam menerapkan partisipatori ergonomi ini. Masalah tersebut adalah gengsi, gengsi akan menjadi batu sandungan yang cukup besar dalam mengimplementasikan Partisipatori ergonomi ini. Gengsi ini biasanya terjadi pada atasan yang susah untuk bergaul dengan bawahan, menganggap bawahan itu lebih rendah dari pada atasan. Oleh sebab itu, kita harus menanamkan konsep yang benar sebelum mengimplementasikan partisipatori ergonomi.

Jika partisipatori ergonomi ini bisa terlaksana dengan baik, maka organisasi yang bersangkutan akan memiliki efektivitas kerja dan efisiensi yang baik. Dalam pelaksanaannya tersebut semua karyawan dan bawahan harus bisa memahami dan menyadari kepentingan bersama demi kepentingan organisasi yang bersangkutan tersebut. Evaluasi dan perbaikan sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk melaksanakan program ergonomi di sebuah industri atau organisasi lebih baik kita melakukan 6 tahapan seperti yang diutarakan oleh Wells (2003)
Dengan adanya partisipatori ergonomi, diharapkan terjalin kerjasama yang baik dan keakraban antar karyawan semakin baik. Sikap perhatian akan sekitarnya, teposeliro, anti sara akan semakin mengakrabkan satu sama lain. Error yang ada saat melakukan kegiatan juga diharapkan berkurang.

Partisipatori ergonomi tidak bisa berkembang tanpa campur tangan semua pihak. Jika hanya beberapa anggota atau karyawan yng mau mengembangkan dan berpartisipasi, akan timbul berat sebelah yang bisa menciptakan perpecahan dan masalah-masalah. Kepedulian semua pihak sangatlah dibutuhkan demi perkembangan sebuah organisasi.

Kompetisi selalu ada dalam dunia kerja, dan hal tersebut merupakan hal yang sangat susah untuk dihilangkan. Oleh karena itu, kita harus kritis dalam menghadapi masalah seperti ini. Kita harus bisa menciptakan iklim kompetisi yang positif dan membuat semua pihak berpartisipasi. Jika kompetisi sudah menjurus ke hal yang negatif, konsep partisipatori ergonomi akan susah untuk diterapkan secara maksimal dan optimal.

Perencanaan yang mantap, pemikiran-pemikiran yang positif, serta partisipasi yang baik dari semua pihak dalam organisasi untuk melaksanakan konsep partisipatori ergonomi, akan membuat kenyamanan dalam bekerja.
Media komunikasi, forum sangat diperlukan untuk mencegah miss komunikasi. Media komunikasi yang bisa digunakan misalnya adlah handphone, internet, chatting, facebooking, dan lain sebagainya. Dengan adnya media-media tersebut, semua pihak dapat memberikan saran dan berpartisipasi untuk mengembangkan apa yang sudah ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar, thanks.